Jumat, 15 Juli 2011

dipaksa nikah

Klien mengalami depresi karena dipaksa orang tua untuk menerima perjodohan

Klien       :
Selamat siang?
Konselor :
Selamat siang!
Maaf ini dngan siapa?
Klien       :
Saya “I”
Konselor :
Mbak “I”.
Sebelum konseling dimulai dan anda menceritakan semua yang menjadi permasalahan anda,, saya sebagai konselor akan menjaga kerahasiaan dari masalah yang anda ungkapkan kepada saya.
Saya disini hanya bisa membantu memecahkan masalah dan tidak bisa menyelesaikan masalah anda, tetapi anda sendirilah yang dapat menyelesaikannya.
Klien       :
Oke, saya percaya pada anda!
Konselor :
Ceritakan apa yang membuat anda sampai berkonsultasi pada saya?
Klien       :
Saya seorang mahasiswa di salah Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta, saat ini saya depresi, karena dipaksa orang tua saya untuk menerima perjodohan, padahal saya ingin menyelesaikan kuliah saya dan bekerja, barulah saya memikirkan untuk mencari jodoh. Tetapi orang tua saya memaksa agar saya mau dengan “R” laki-laki yang pilihan mereka, sedangkan saya sudah punya pacar.
Saya harus bagaimana untuk menolak perjodohan itu?
Konselor :
Memangnya berapa usia anda, sampai orang tua anda memaksa anda untuk menerima perjodohan?
Klien       :
Usia saya memang tidak muda lagi, sekarang usia saya sudah 24 tahun.
Konselor :
Apakah orang tua anda tahu kalau anda ingin menyelesaikan kuliah dan bekerja?
Klien       :
Orang tua saya tahu akan keinginan saya itu, tetapi orang tua saya tetap saja memaksa, katanya kesuksesan karir bisa saja diraih setelah kita menikah. Tetapi saya tidak percaya hal itu, karena beberapa teman saya hanya menjadi ibu rumah tangga saja tanpa memiliki pendapat lain apa lagi sami mereka tidak memiliki pekerjaan tetap, ya katakana saja petani atau buruh. Begitu juga dengan “R” laki-laki yang di jodohkan orang tua saya, dia hanya seorang petani.
Konselor :
Apakah anda sudah bertemu dengan laki-laki yang dijodohkan orang tua anda?
Klien       :
Saya sudah bertemu dengan “R”, dan saat pandangan pertama tidak ada getaran dalam hati saya.
Konselor :
apakah orang tua anda tahu kalau anda memiliki pacar?
Klien       :
Ya, orang tua saya tahu kalau saya sudah memiliki pacar. Tetapi hubungan kami di tentang karena kami sama-sama masih kuliah.
Konselor :
Kenapa anda tidak memilih laki-laki yang dijodohkan orang tua anda itu?
Klien       :
Karena saya ingin memiliki suami yang memiliki pekerjaan tetap dan tingkat pendidikan yang sederajat.
Konselor :
Dari apa yang anda ungkapkan pada saya, dapat saya simpulkan bahwa anda ingin menolak perjodohan dan menyelesaikan kuliah lalu bekerja.
Klien       :
Ya…!
Konselor :
Saya hanya memberikan beberapa saran untuk anda, yang mungkin bisa anda gunakan.
1.   Bicarakan baik-baik dengan orang tua anda, jika anda tidak ingin dipaksa
2.   Bicarakan baik-baik dengan “R” bahwa anda ingin menyelesaikan kuliah dan bekerja
3.   Tetaplah berteman dengan “R” jangan sampai menyakiti perasaannya
4.   Tetaplah berpikir rasional, jangan sampai anda putus asa
5.   Dan tetaplah berdo’a pada Tuhan, untuk diberikan jalan yang baik dan tepat
Bagaimana anda sudah mengerti dan paham?
Klien       :
Ya,, saya sudah mengerti.
Konselor :
Masih adakah masalah yang ingin anda ungkapkan?
Klien       :
Untuk saat ini tidak ada.
Konselor :
Kalau begitu, konseling ini kita akhiri. Jika anda kurang jelas atas saran dan kurang puas atas konseling hari ini, silakan hubungi saya melalui website ini.
Bila ada kesalahan dalam konseling ini saya minta maaf. Terima kasih


15 PETUNJUK MEMILIH SUAMI


1.        Beragama islam
2.        Taat beragama dan baik akhlaknya
3.        Menjauhi kemaksiatan
4.        Dari keluarga yang shalih
5.        Taat pada orang tua
6.        Mandiri dalam ekonomi
7.        Kualitasnya setara atau lebih baik
8.        Dapat memimpin
9.        Bertanggung jawab
10.   Adil
11.   Berperilaku halus
12.   Tidak kikir
13.   Tidak lemah syahwat
14.   Subur dan senang berketurunan